Below is the review from another blogger, Annisa, check it out:
=======================================================================
review dan ulasan buku selfie potret dua sahabat : gak selfie gak afdol
Selasa 14 Agustus 2014 lalu telah diadakan launching buku yang bertempat
di kinokuniya sogo plaza senayan lt 5 yang dimulai pukul 14.30. Buku
yang akan dilaunching adalah selfie potret dua sahabat yang sudah
bersahabat selama 34 tahun dari SD, SMP, SMA , kuliah sampai sudah
berumah tangga.
dua sahabat yang diceritakan ini adalah Andari Karina Anom yang lahir di Jakarta tahun 74 dan mengenyan pendidikan tinggi di FISIP Universitas Indonesia dan Goldsmiths College University of London dan bekerja di majalah Tempo sejak 1998 dan sekarang mengajar jurusan komunikasi di universitas swasta di Jakarta.
sahabat satu lagi yang menjadi tokoh dalam buku ini adalah tjut riana adhani atau yang sering yang dipanggil cutri lahir di banda aceh tahun 73 dan juga kuliah FH UI setelah lulus pernah bekerja di perbankan selama 15 tahun, menjadi pengacara, pengusaha batik, dan menjadi dosen di Jakarta.
Acara launching di awali dengan perkenalan dua penulis dan cerita mengapa mereka memutuskan menulis buku ini. awalnya mereka menulis untuk kenangan akan persahabatan mereka yang sudah puluhan tahun dan ternyata buku ini juga bisa menjadi ajang nostalgia yang besar di tahun 80an dan edukasi tentang permainan tradisional pada zaman anak-anak dahulu.
proses pembuatan buku ini juga bukanlah dilakukan dalam waktu sebentar melainkan memakan waktu yang lumayan lama yaitu satu tahun lebih karena mereka harus mengatur waktu untuk bertemu dan berdiskusi di tengah kesibukan mereka bekerja. untungnya karena mereka sudah bersahabat sudah sejak lama maka memori akan setiap kejadian juga sama sehingga apabila salah satu ada yang stuck atau lupa akan saling melengkapi cerita lainnya.
banyak cerita seru dibalik persahabatan dua sahabat ini misalnya ketika mereka bermain kasti di dalam kelas dengan peralatan sederhana yaitu kapur dan penghapus, jatuh menaiki becak, lari terbirit-birit dikejar anjing, diterima di kampus yang sama walaupun beda jurusan , menghabiskan waktu malam minggu bertiga sebagai jomblowati, sampai menikah , dan bepergian bersama ke luar kota hingga luar negeri.
selain itu ada cerita tentang Pak Gito seorang guru yang mengajar dengan penuh dedikasi dan mang Udin yang selalu menjual es teh yang rasanya tak tergantikan bahkan minuman teh botol ternama sekalipun. ketika ditanya apa saja tipsnya sehingga persabatan mereka bertahan lama mereka menjawab dengan santai tipsnya antara lain : tidak didekati oleh cowok alias sama -sama jomblo, tidak menjudge satu sama lain tapi menjudge orang lain secara bersama dan yang terpenting adalah sama-sama suka membaca buku sehingga mereka punya alasan untuk bertemu untuk tukar menukar buku yang belum pernah dibaca.
dalam proses pembuatan buku tentu ada namanya proses editing, untungnya dalam pembuatan buku ini tidak terlalu banyak hal yang diedit oleh editor mereka namun mereka sendirilah yang melakukan self edit karena tidak ingin menyinggung orang lain yang mungkin bagi mereka lucu namun belum tentu bagi orang lain.
mengingat judul ini tentang selfie tentunya menjadi pertanyaan bagaimana mereka melakukan selfie di tengah keterbatasan gadget di zaman 90an atau awal 200an? ternyata mereka sering melakukan foto bersama di photobox walaupun hasilnya ala kadarnya dan harus menerima dengan terbuka wajah siapa yang paling banyak terpampang namun itulah keseruan mereka dalam melakukan selfie bersama.
diakhir acara ketika ditanya apakah kesan mereka tentang persahabatan mereka satu persatu mereka memberikan kesan dimulai dari Karina yang mengatakan bahwa Cutri adalah devil's advocate yang selalu memberikan kritik pedas tentang apapun mulai dari baju, sepatu hingga apapun walaupun terdengar kejam namun kritik itulah yang ditunggu karena itu adalah saran terjujur yang diberikan oleh sahabat terdekatnya. Cutri pun memberikan kesan tentang persahabatan mereka bahwa Karina adalah lebih dari sahabat namun partner in crime dimana harta benda bisa dicari namun sahabat sejati adalah anugerah.
dua sahabat yang diceritakan ini adalah Andari Karina Anom yang lahir di Jakarta tahun 74 dan mengenyan pendidikan tinggi di FISIP Universitas Indonesia dan Goldsmiths College University of London dan bekerja di majalah Tempo sejak 1998 dan sekarang mengajar jurusan komunikasi di universitas swasta di Jakarta.
sahabat satu lagi yang menjadi tokoh dalam buku ini adalah tjut riana adhani atau yang sering yang dipanggil cutri lahir di banda aceh tahun 73 dan juga kuliah FH UI setelah lulus pernah bekerja di perbankan selama 15 tahun, menjadi pengacara, pengusaha batik, dan menjadi dosen di Jakarta.
Acara launching di awali dengan perkenalan dua penulis dan cerita mengapa mereka memutuskan menulis buku ini. awalnya mereka menulis untuk kenangan akan persahabatan mereka yang sudah puluhan tahun dan ternyata buku ini juga bisa menjadi ajang nostalgia yang besar di tahun 80an dan edukasi tentang permainan tradisional pada zaman anak-anak dahulu.
proses pembuatan buku ini juga bukanlah dilakukan dalam waktu sebentar melainkan memakan waktu yang lumayan lama yaitu satu tahun lebih karena mereka harus mengatur waktu untuk bertemu dan berdiskusi di tengah kesibukan mereka bekerja. untungnya karena mereka sudah bersahabat sudah sejak lama maka memori akan setiap kejadian juga sama sehingga apabila salah satu ada yang stuck atau lupa akan saling melengkapi cerita lainnya.
banyak cerita seru dibalik persahabatan dua sahabat ini misalnya ketika mereka bermain kasti di dalam kelas dengan peralatan sederhana yaitu kapur dan penghapus, jatuh menaiki becak, lari terbirit-birit dikejar anjing, diterima di kampus yang sama walaupun beda jurusan , menghabiskan waktu malam minggu bertiga sebagai jomblowati, sampai menikah , dan bepergian bersama ke luar kota hingga luar negeri.
selain itu ada cerita tentang Pak Gito seorang guru yang mengajar dengan penuh dedikasi dan mang Udin yang selalu menjual es teh yang rasanya tak tergantikan bahkan minuman teh botol ternama sekalipun. ketika ditanya apa saja tipsnya sehingga persabatan mereka bertahan lama mereka menjawab dengan santai tipsnya antara lain : tidak didekati oleh cowok alias sama -sama jomblo, tidak menjudge satu sama lain tapi menjudge orang lain secara bersama dan yang terpenting adalah sama-sama suka membaca buku sehingga mereka punya alasan untuk bertemu untuk tukar menukar buku yang belum pernah dibaca.
dalam proses pembuatan buku tentu ada namanya proses editing, untungnya dalam pembuatan buku ini tidak terlalu banyak hal yang diedit oleh editor mereka namun mereka sendirilah yang melakukan self edit karena tidak ingin menyinggung orang lain yang mungkin bagi mereka lucu namun belum tentu bagi orang lain.
mengingat judul ini tentang selfie tentunya menjadi pertanyaan bagaimana mereka melakukan selfie di tengah keterbatasan gadget di zaman 90an atau awal 200an? ternyata mereka sering melakukan foto bersama di photobox walaupun hasilnya ala kadarnya dan harus menerima dengan terbuka wajah siapa yang paling banyak terpampang namun itulah keseruan mereka dalam melakukan selfie bersama.
diakhir acara ketika ditanya apakah kesan mereka tentang persahabatan mereka satu persatu mereka memberikan kesan dimulai dari Karina yang mengatakan bahwa Cutri adalah devil's advocate yang selalu memberikan kritik pedas tentang apapun mulai dari baju, sepatu hingga apapun walaupun terdengar kejam namun kritik itulah yang ditunggu karena itu adalah saran terjujur yang diberikan oleh sahabat terdekatnya. Cutri pun memberikan kesan tentang persahabatan mereka bahwa Karina adalah lebih dari sahabat namun partner in crime dimana harta benda bisa dicari namun sahabat sejati adalah anugerah.
0 comments:
Post a Comment