Review #Buku Selfie (6)

Another review for Buku Selfie written by Lita, check this out: 

SELFI, BUKU YANG MENGEMBALIKAN INGATAN MASA KECIL

image
Hallo….udah umur berapa nih, ga terasa udah mendekati masa tua aja. Pastinya walaupun dah tua, kenangan masa kecil dulu pada ga lupa dong..!

yuuuup….ini pertama kalinya saya nemuin buku yang membuka kembali memory masa lalu, saat kita masih ingusan dan masih suka guling-guling di tanah. (eh, pada pernah begitu ga?jangan-jangan cuma saya aja…hihi..jadi malu *tutup muka pake pake panci)

Selfie, kisah 2 orang sahabat yang menjalin hubungan sejak masih pertama sekolah.(opss….bukan hubungan percintaan yang banyak di sinetron yah…)ini murni persahabatan 2 orang perempuan selama  34 tahun. Wooow…..bukan ukuran yang sebentar tuh. Pernikahan  perak aja udah menembus masa yang luar biasa, apalagi ini yang mampu bertahan hingga waktu yang terbilang panjaaaaaang….dan…lamaaaaaaaa (eits, iklan coklat kesukaan saya dulu).

Masih inget kan gimana cara main karet?atau main kasti?atau main biji karet?sumpah…itu mainan kita waktu kecil semua. Terus, pernah jadi dokter kecil?atau ikutan persami waktu pramuka?hahaha…semua pasti ngerasain gimana rasanya persami SD. Hemmm….kalo tas kotak presiden?itu lho, yang bisa baut ganjel pantat kalo mejanya ketinggian, atau bisa juga buat payung kalo pas kehujanan….ternyata di buku Selfi karya 2 orang sahabat ini ada lho.

Kalo kalian semua ingat dan punya pengalaman yang sama pada masa kecil dulu, di jamin  ngakak habis bacanya buku ini. Karena buku ini dikemas dengan cerita-cerita konyol yang bikin perut sampai melintir nahan ketawa.

Friends are like mirrors. You can see yourself just by lookingat them. Begitulah yang mereka katakan….sebuah kata ajaib yang membuat mereka mampu bertahan hingga masa senja yang akan menyapa mereka berdua. Buku ini dibuat sebagai perayaan atas persahabatan mereka berdua dan perayaan buat kita semua…

Selamat ya…buat  Andari Karina Anom (Karin) dan Tjut Riana Adhani (Cutri), kisah kalian membuat saya terharu….senang bisa membaca buku karya kalian, membuat pembaca kembali mengingat masalalunya….

TENTANG PENULIS

ANDARI KARINA ANOM
Lahir di jakarta, 3 Juni 1974. Alumnus FISIP Universitas Indonesia dan Goldsmiths College, University of London, Inggris. Pernah menjadi jurnalis sejak Mahasiswa dan Wartawan Majalah Tempo sejak 1998. Karin kini juga mengajar  2 universitas jakarta jurusan komunikasi. Twitter : @Andarikarina, Email : andarika@yahoo.com

TJUT RIANA ADHANI
Lahir di Banda Aceh, 14 Januari 1973. Sejak lulus dari Fakultas Hukum UI, dia malang melintang di industri perbankan selama 15 tahun. Sempat berbisnis batik, dan sekarang juga menjadi dosen hukum di 2 Universitas Swasta jakarta. Twitter: @TjutRiana , Email : tjut_riana@yahoo.com
image    image

#Buku Selfie was on the Air (2)

Yayyyy...we got another opportunity to be on air at one of the oldest radio stations in Indonesia, RRI Pro 1 (91,2 FM) yesterday evening at 5 pm for the book discussion program called Cakrawala Pustaka.


According to the program host, mas Yudhy Ismail, every week they discussed 4 different books. It's such an honour for us to be part of this program. Thank you very much.


Since the program was on air on Saturday evening thus I could take my girls, Najla and Zea, to accompany me to RRI. Tell you what they're super excited to finally see how radio announcers work and make their voices heard on the radio. Such an awesome experience.  


#Buku Selfie was on the Air

Just got the opportunity to participate in #VBookClub at V Radio (MNC Radio Group) 106,6 FM today from 1pm - 2 pm. 

Thanks a lot for the host Nathalie Indry who made the book discussion becoming so very entertaining. Check her blog here.

Coelho & Murakami

It's such a sweet coincidence that my two favorite authors, Paulo Coelho, Adultery and Haruki Murakami with Colorless Tsukuru Tazaki and His Years of Pilgrimage released their latest book within the same time. Not sure when I will read them but the feeling of having these two in my bookshelf really fulfilled me. 

I purchased the books at Books and Beyond and to my surprise I got some discount for independence day commemoration and a free green tote bag as a bonus. Wow...such a day!!

Review #Buku Selfie (5)

The last review is made by Megantari, check her work below:

==========================================================================

Kamis, 14 Agustus 2014

Andari Karina Anom & Tjut Riana Adhani : Mengabadikan kisah lewat buku

Andari Karina Anom (Karin) dan Tjut Riana Adhani (Cutri) adalah penulis buku "SELFIE : Potret 2 Sahabat dan kisah-kisah ngawur lainnya".
Buku ini mengisahkan tentang persahabatan mereka berdua dari sekolah dasar hingga 34 tahun kemudian. Wow.
 Buku ini resmi di launching pada tanggal 12 Agustus 2014 di Kinokuniya Bookstore, SOGO Plaza Senayan. Saya berangkat dari Purwakarta, Jawa Barat pukul 05.00 WIB dengan menggunakan jasa angkutan Kereta Api.

Tersirat dalam pikiran saya bahwa penulisnya adalah anak muda yang update dengan tren masa kini yaitu : Selfie. But, setelah saya datang ke lokasi, saya mencari-cari sosok mereka. Saat registrasi saya mendapatkan kupon foto dengan penulis. Yes! Akhirnya saya bisa foto dengan mereka. Anak muda yang pintar dalam memilih buku. Namun, saat saya sudah bersiap, saya melihat kanan dan kiri saya dengan aneh. "Ini ibunya siapa?", gumam saya. Ternyata, mereka adalah penulis buku tersebut. Hehe. Jadi malu saya.

Saya dan Vanka pun mempunyai kesempatan berfoto dengan Mbak Karin dan Mbak Cutri. Saya akui, beliau-beliau mempunyai semangat yang besar dalam menulis. Terinspirasi dari kisah persahabatan berdua, kedua penulis ini mengabadikan kisahnya dalam buku. Kisah dalam buku ini diabadikan  dengan jenaka dan ringan. Jadi, walaupun kedua penulis ini bisa dibilang "kolot", tapi pemikirannya fresh seperti anak muda zaman sekarang. Kisah persahabatan mereka bisa dijadikan contoh untuk kita. 34 tahun looohhh....


Buku ini sudah beredar di toko-toko buku. So, buat kamu yang pengen baca dan tenggelam pada bayangan kisahnya. Monggo, ada di Gramedia :)

"Friends are like mirrors. You can see yourself just by looking at them". (SELFIE)


Review #Buku Selfie (4)

Below is the review from another blogger, Annisa, check it out:

 =======================================================================

review dan ulasan buku selfie potret dua sahabat : gak selfie gak afdol

Selasa 14 Agustus 2014 lalu telah diadakan launching buku yang bertempat di kinokuniya sogo plaza senayan lt 5 yang dimulai pukul 14.30. Buku yang akan dilaunching adalah selfie potret dua sahabat yang sudah bersahabat selama 34 tahun dari SD, SMP, SMA , kuliah sampai sudah berumah tangga.

dua sahabat yang diceritakan ini adalah Andari Karina Anom yang lahir di Jakarta tahun 74 dan mengenyan pendidikan tinggi di FISIP Universitas Indonesia dan Goldsmiths College University of London dan bekerja di majalah Tempo sejak 1998 dan sekarang mengajar jurusan komunikasi di universitas swasta di Jakarta.
sahabat satu lagi yang menjadi tokoh dalam buku ini adalah tjut riana adhani atau yang sering yang dipanggil cutri lahir di banda aceh tahun 73 dan juga kuliah FH UI setelah lulus pernah bekerja di perbankan selama 15 tahun, menjadi pengacara, pengusaha batik, dan menjadi dosen di Jakarta.

Acara launching di awali dengan perkenalan dua penulis dan cerita mengapa mereka memutuskan menulis buku ini. awalnya mereka menulis untuk kenangan akan persahabatan mereka yang sudah puluhan tahun dan ternyata buku ini juga bisa menjadi ajang nostalgia yang besar di tahun 80an dan edukasi tentang permainan  tradisional pada zaman anak-anak dahulu.

proses pembuatan buku ini juga bukanlah dilakukan dalam waktu sebentar melainkan memakan waktu yang lumayan lama yaitu satu tahun lebih karena mereka harus mengatur waktu untuk bertemu dan berdiskusi di tengah kesibukan mereka bekerja. untungnya karena mereka sudah bersahabat sudah sejak lama maka memori akan setiap kejadian juga sama sehingga apabila salah satu ada yang stuck atau lupa akan saling melengkapi cerita lainnya.

banyak cerita seru dibalik persahabatan dua sahabat ini misalnya ketika mereka bermain kasti di dalam kelas dengan peralatan sederhana yaitu kapur dan penghapus, jatuh menaiki becak, lari terbirit-birit dikejar anjing, diterima di kampus yang sama walaupun beda jurusan , menghabiskan waktu malam minggu bertiga sebagai jomblowati, sampai menikah , dan bepergian bersama ke luar kota hingga luar negeri.

selain itu ada cerita tentang Pak Gito seorang guru yang mengajar dengan penuh dedikasi dan mang Udin yang selalu menjual es teh yang rasanya tak tergantikan bahkan minuman teh botol ternama sekalipun. ketika ditanya apa saja tipsnya sehingga persabatan mereka bertahan lama mereka menjawab dengan santai tipsnya antara lain : tidak didekati oleh cowok alias sama -sama jomblo, tidak menjudge satu sama lain  tapi menjudge orang lain secara bersama dan yang terpenting adalah sama-sama suka membaca buku sehingga mereka punya alasan untuk bertemu untuk tukar menukar buku yang belum pernah dibaca.

dalam proses pembuatan buku tentu ada namanya proses editing, untungnya dalam pembuatan buku ini tidak terlalu banyak hal yang diedit oleh editor mereka namun mereka sendirilah yang melakukan self edit karena tidak ingin menyinggung orang lain yang mungkin bagi mereka lucu namun belum tentu bagi orang lain.
mengingat judul ini tentang selfie tentunya menjadi pertanyaan bagaimana mereka melakukan selfie di tengah keterbatasan gadget di zaman 90an atau awal 200an? ternyata mereka sering melakukan foto bersama di photobox walaupun hasilnya ala kadarnya dan harus menerima dengan terbuka wajah siapa yang paling banyak terpampang namun itulah keseruan mereka dalam melakukan selfie bersama.

 diakhir acara ketika ditanya apakah kesan mereka tentang persahabatan mereka satu persatu mereka memberikan kesan dimulai dari Karina yang mengatakan bahwa Cutri adalah devil's advocate yang selalu memberikan kritik pedas tentang apapun mulai dari baju, sepatu hingga apapun walaupun terdengar kejam namun kritik itulah yang ditunggu karena itu adalah saran terjujur yang diberikan oleh sahabat terdekatnya. Cutri pun memberikan kesan tentang persahabatan mereka bahwa Karina adalah lebih dari sahabat namun partner in crime dimana harta benda bisa dicari namun sahabat sejati adalah anugerah.

Review #Buku Selfie (3)

I will post several reviews of  Selfie the book. It's always nice to know what people's opinion about our work especially when it is our own life story moreover it makes us super happy to know that our 34th years of friendship could inspire others to embrace their own relationship with their best friends, hope it could also last long or even longer than ours.

Below is the review from Tanti Amelia, one of the bloggers who dropped by at our Selfie book launching at Kinokuniya PS.

 ====================================================================

APAKAH KAMU SUKA SELFIE? 

SUKA SELFIE? Maksud loh, suka sama si Selfie?
Eits.. jangan marah kalo ga suka, soalnya ini bukan nama orang! Yup..
Selfie', atau self portrait adalah istilah yang dipakai untuk menyebutkan foto diri yang diambil sendiri dan tidak/bukan dengan bantuan orang lain, untuk kemudian diunggah ke berbagai sosial media.
Kedua kata ini memang sedang popular digunakan oleh remaja maupun orang dewasa. Kata "selfie" sendiri  telah mendapat penobatan dari Oxford Dictionaries (Kamus Oxford) sebagai Word of The Year.  
Fenomena Selfie merupakan salah satu fenomena paling booming tahun 2013. Sedemikian fenomenalnya, sehingga Oxford Dictionaries pun menasbihkannya sebagai Word of the Year.
Oops.. frase selfie sendiri mulai populer digunakan di dunia online awal 2002 lalu di forum MySpace dan flickr, lalu ngetop abis sejak Instagram menjadi hip. Selfie pertama dilakukan oleh seorang bernama Robert Cornelius pada tahun 1839.


Well, undangan untuk menghadiri launching buku Selfie yang diadakan oleh Penerbit Gramedia di Toko Buku Kinokuniya pada tanggal 12 Agustus lalu membuat saya penasaran. Apakah nanti akan bertabur foto-foto sang Penulis yang narsis? Ternyata tidak! 

Saya malah dapat kesempatan narsis di sana, dengan penulisnya sendiri! Ha ha.. maaf ya Cutri, I don't know you before! *tutup muka pake tissue, ga ketutupan, trus ambil bantal..


PROSES KREATIF PEMBUATAN BUKU SELFIE
Setelah proses perkenalan dengan dua penulis yang dipandu MC Jansen Siahaan sore hari ini berlangsung dengan damai *lo kira demo -_-' maka acara dilanjutkan dengan sesi perkenalan, pemberian penghargaan dari Gramedia dan sesi tanya jawab.

Ide mengapa buku ini bernama Selfie, sebenernya karena saking deketnya kedua sahabat ini. Karin dan Cutri bersahabat selama 34 tahun, dan dengan begitu, tentu saja banyak kesamaan peristiwa yang mereka miliki. Menurut Karin, "You can see yourself just by looking at them," sehingga Cutri adalah semacam selfie untuk Karin dan sebaliknya. Predikat satu lagi : Cutri adalah the devil's advocate -nya Karin! Saking pedesnya kalo komentar hihi...

Proses pembuatan buku ini memakan waktu selama setahun. Karena keduanya adalah blogger, plus Karin adalah seorang jurnalis handal, maka pengumpulan cerita-cerita (yang sebagian besar kocak) ini sebenarnya mudah. Yang gak mudah sih, kata Cutri ngerem keinginan ngobrol dan shopping saat bertemu *tepok jidat sebelah..

Oya, resep hidup Karin dan Cutri serta berbagai quote mereka yang ngawur memang menjadi bumbu penyedap dalam menjalin kisah demi kisah yang disajikan. Pembaca juga diajak bernostalgia ke berbagai wahana lompat karet, kasti pake penghapus papan tulis (!!) dan dipandu oleh MC yang ga kalah kocak, ramah dan tidak sombong membuat sesi tanya jawab berlangsung seru.




So, kalo sahabat ingin tahu rasanya punya sahabat selama 34 tahun... pantengin aja tuh buku Selfie, ya.. 

Jika ingin kenal lebih dekat dengan Andari Karina Anom silahkan klik tautan ini-http://on.fb.me/1lDkZkW  dan Tjut Riana Adhani pada tautan ini- http://on.fb.me/1sknHj7


Cuplikan halaman xv - xviii :

TENTANG CUTRI - by Andari Karina Anom

Banyak yang bilang, foto bisa menipu. Saat melihat sebuah potret lama di masa Sekolah Dasar dulu, saya melihat wajah-wajah lugu dengan penampilan norak-norak bergembira. Ada yang berkuncir dua ada pula yang berkepang satu ala gadis desa nan polos.

Di sinilah saya mulai terkecoh. Si kepang satu itu ternyata tak sepolos penampakannya. Pertemuan pertama saya dengannya—kemudian saya tahu bernama Cutri-- terjadi sekitar Juni 1980. Saat itu kami sama-sama menjadi murid baru di Sekolah Dasar.

Saya tahu dia anak pintar. Juga ambisius. Dia pernah kesal karena kalah ranking dengan seorang murid lelaki di kelas. Syukurlah anak itu kemudian pindah sekolah ke lain kota. Saya curiga dia sebenarnya hengkang karena diancam atau disantet diam-diam oleh Cutri. *mulai menebar fitnah*
Cutri termasuk teman yang galak dan pedes. Cabe rawit aja sih, lewat. Dia tidak segan-segan menegur, memarahi, bahkan melabrak orang. Saya termasuk yang pernah dilabrak Cut karena dituduh terlibat menyebarkan gosip tentang seorang teman-- padahal tidak. Untunglah saya tabah *walau hampir pipis di celana* dan tidak melaporkan kasus bullying ini ke Mahkamah Internasional.

Berawal dari bully berakhir jadi mesra. Sejak masih imut-imut, kami berdua sudah punya chemistry. Dan kimiawi itu bertahan hingga tiga puluh empat tahun kemudian...

Teman datang dan pergi. Tapi kami nyaris selalu bersama di tiap fase kehidupan. Dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, kuliah, masa kerja dan masa kini (baca: masa jompo). Di saat rekan-rekan sebaya mulai berpacaran, kami tetap berduaan kian kemari. Termasuk di malam Minggu. Kami bahkan menyiapkan contigency plan: jika tak jua mendapat jodoh, kami akan tinggal bersama sampai nenek-nenek. Seperti di serial The Golden Girls itu, lho.

Syukurlah the golden girls are finally sold out (baca: ada juga lelaki yang khilaf naksir kami). Akhirnya ada juga alasan memutus persahabatan yang memprihatinkan dengan Cutri. Yaaaay. Horeeeeee. Hip hip huraaaa.... *buka sampanye*

Ternyata oh ternyata, hubungan kami sudah telanjur akut. Baru saya sadar: kedekatan kami tak semata-mata karena solidaritas sesama jomblo. Bukan pula karena letak geografis rumah atau kesamaan almamater. Kami tetap mesra meski terpisah jarak, waktu dan alam *kenapa jadi horor?* Bahkan ketika sudah bekerja, menikah, beranak pinak dan resign dari kantor.

Tiada kesibukan yang sanggup memisahkan kami dari aneka kencan -- baik yang terencana maupun yang dadakan. Jika Cutri menelepon dan mengajak bertemu-- makan siang, ngopi-ngopi atau shopping-- saya langsung mau tanpa perlawanan. Begitu juga sebaliknya. Urusan lain boleh ditunda dan dicarikan alasannya, tapi tidak dengan kencan kami. Cutri is indeed a friend I can't cancel on.

Cutri adalah orang pertama --setelah keluarga-- yang ingin saya beritahu kabar gembira atau sedih yang aku alami. Dulu, waktu SD saya gemetar dengan kata-kata pedasnya, sekarang saya justru menanti tanggapan sadisnya dalam setiap problem yang saya hadapi. Kalau teman lain lebih banyak memberi masukan indah, Cutri adalah my devil advocate. Di saat saya down atau sedih, Cutri-lah yang melecut dengan kata-katanya yang setajam silet.

Kami selalu berbagi kabar penting (seperti: sepatu Everbest promo buy 1 get 1 atau Starbuck's diskon 50 persen untuk mug) maupun yang tidak penting. Kami selalu melakukan live report –saingan dengan CNN-- soal apa yang kami alami. Percakapan Blackberry Messenger dan Whatsapp kami nyaris tak kenal waktu. Bahkan sampai tengah malam. Kami sempat waswas para suami curiga istrinya punya pacar gelap! Kami tak pernah saling menghakimi. Paling-paling hanya menjaksai. *maaf garing*.

Saya dan Cutri memegang prinsip: Best friends don't judge each other. They judge other people....together! Saya yang sudah mengenakan jilbab selama sekitar 8 tahun tak pernah memaksa atau sekadar membujuk Cutri untuk berhijab. Selama ini, Cutri bilang belum memakai jilbab karena mudah gerah lah, merasa kecekek lah, kesulitan karena naik turun kereta lah, dan sejuta alasan lain. Ya biar saja, itu kan urusan pribadi. Hingga di hari ulang tahun Cutri ke 40, kami bertemu di Starbuck's Grand Indonesia. Tanpa mukadima, Cutri langsung menyatakan: minggu depan akan memakai jilbab! Saya pun melongo (antara terharu dan lapar). Lalu Cutri memaksa saya memberi petunjuk apa yang harus dibeli dan disiapkan sebagai newbie di urusan kerudung. Sungguh tak disangka, Cutri selama ini diam-diam menjadikan saya suri tauladan dan role model dalam berjilbab. Betul-betul salah dia memilih idola!

Ahamdulillah, di tahun ke-34 persahabatan ini, bertambah satu lagi kesamaan kami: jilbab. Tapi, lagi-lagi, jangan tertipu penampakan. Meskipun kami nampak suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan *ini bukannya Dasadarma Pramuka ya?*, kerudung tak membuat kami sok alim. Keakraban kami tak berganti menjadi persahabatan syariah *bank kaleeee*. Dengan hijab, kami makin berlomba-lomba dalam kebajikan. Dan kami sepakat, kebajikan itu datang dalam bentuk big sale atau 50 percent off di mall-mall Jakarta.

Kata orang pintar (yang tidak minum Tolak Angin): Friends are like mirrors. You can see yourself just by looking at them. Begitupun persahabatan kami. Dengan banyaknya persamaan saya dan Cutri, kami kadang-kadang kami merasa seperti “saudara kembar”-- meskipun beda bapak, beda ibu dan beda saldo ATM (damn, kenapa harus bawa-bawa tabungan sih?). 

Dengan banyaknya persamaan di antara kami, rasanya tak berlebihan jika saya bilang Cutri bukan hanya seorang sahabat. Dia adalah semacam selfie: sebuah “potret diri” saya dalam sosok orang lain.
----------------------------------------------------------------------------------

Tentang Karin - by Tjut Riana Adhani
Mengenang Karin sebagai siswi SD amat mudah, pertama carilah gadis kecil kerempeng berkacamata dengan rantai kacamata menjurai di telinga. Ya, Karin adalah teman pertama saya yang mengenakan kacamata. Di saat saya dan teman-teman SD lainnya kelebihan energi berlarian kian kemari, Karin adalah satu-satunya anak yang ikut berlarian sambil tak lupa menjaga kacamatanya jangan sampai terpelanting.

Saya dan Karin masih satu sekolah di SMP walau tidak pernah. Keakraban kami berlanjut ketika kami menjajal aneka kegiatan ekstra kurikuler di sekolah. Jadilah momen-momen SMP kami terisi dengan berkemah, latihan pencinta alam dan Palang Merah Remaja (PMR) serta aneka aktivitas sok sibuk lainnya. Menjelang SMA, kami tidak terlalu sering berhubungan. Selain karena SMA yang berbeda, kami juga sibuk mencari jati diri dan... pacar (walau lebih sering gagal).

Syukur alhamdulillah, kami berdua diterima di UI walau berbeda fakultas. Dengan energinya yang berlebih, Karin aktif di aneka kegiatan: di remaja mesjid di dekat rumahnya, wartawan di media kampus, penyiar dan copy writer di sebuah radio swasta dan banyak lagi. Walhasil saya selalu kesulitan apabila ingin mengatur janji kencan dengannya. Kegiatan boleh banyak, teman boleh tak terhitung, networking amat luas, namun pacar? Next question, please...
Setelah mendapat surat cinta dari fakultas mengenai masa belajar di kampus yang makin menipis waktunya, Karin berjibaku menyelesaikan kuliahnya hingga lulus. Cita-citanya menjadi wartawan tercapai: Karin diterima di majalah Tempo. Selanjutnya Karin mendapat beasiswa dan melanjutkan S2 di London. Kerja sebagai wartawan nampaknya memang melelahkan *pasang wajah prihatin*.

Tiap kali kami berkencan sepulang kantor, saya sebagai karyawan bank tampil kinclong dengan blazer dan high heels, Karin sebagai wartawan tampil lusuh kelelahan sehabis meliput. Kisah persahabatan kami tidak melulu tentang hal-hal indah. Ada suatu masa ketika Karin mengidap suatu penyakit serius. Yang saya kagumi dari Karin adalah ketegaran dan ketabahannya. Sifatnya yang penuh semangat tidak berubah, dengan segala keterbatasannya dia tetap beraktifitas seperti biasa. Tak heran kalau akhirnya Karin sembuh total seperti sekarang. Memang, pikiran positif adalah obat yang mujarab. Alhamdulillah.

Setelah kini kami menikah dan beranak-pinak, tidak ada yang berubah dari Karin. Dia tetap teman saya yang selalu tergoda dengan tulisan ‘sale’ atau ‘buy one get one free’. Biasanya dia mengambil aneka barang (hingga saya stres melihatnya), namun begitu mendekati meja kasir biasanya dia bimbang dan bertanya: “Eh, ini bagus enggak? Eh ini perlu enggak?’ Ending dari sesi belanja ini adalah: Karin hanya membeli 1 jenis barang atau malah kadang-kadang tidak ada yang dibeli. She is really decisive!!!

Setelah barang dibeli, Karin akan memasuki sesi bolak-balik mengeluarkan barang baru dan mengamatinya dengan suka cita-- termasuk saat menyetir! Dia bahkan sering mencoba sepatu yang baru dibeli sambil menyetir! Boys and girls, dont try this at home! Its very dangerous!

Memiliki sahabat selama 34 tahun adalah berkah tersendiri. Karin ada di momen-momen penting hidup saya: saat memutuskan pindah kerja, menikah, cari rumah, keguguran, melahirkan, berburu babysitter, dan saat saya memutuskan jadi full time mom, Karin ada di situ. Bahkan kini semakin menikmatinya karena saya semakin “murahan” tiap diajak ngupi-ngupi dan traveling. Tak heran apabila kebiasaan bertegur sapa diantara kami sudah seperti bernafas, menjadi kebutuhan, apalagi di era BBM dan Whatsapp ini.
Sejak subuh hingga tengah malam, ada saja hal-hal yang kami diskusikan, mulai hal-hal urgent (jarang banget) hingga hal-hal ecek-ecek (hampir semua). Termasuk saat akhirnya saya mengenakan jilbab.

Karin adalah orang pertama yang saya mintai petunjuk dan bimbingan soal hijab for dummies. Baru belakangan saya sadar telah memilih guru yang salah. Bukannya mengajarkan jilbab yang modis ala Dian Pelangi, Karin malah memberi advis-advis mengerikan. Petuahnya, antara lain, jangan sampai leher bolong tertusuk peniti, jangan pakai jilbab ninja karena bikin sesak nafas, jangan pakai model yang “berpunuk” (berkonde tinggi) karena bikin sakit kepala. Saya sadar, petunjuk-petunjuk Karin itu justru lantaran she knows me too well. Dia tahu, bagi wanita renta seperti kami, kenyamanan adalah nomor satu. Kini, jadilah kami berdua sama-sama berjilbab: meski tidak modis, namun murah. *lho?*

Dengan penampakan baru ini, hobi kami pun bertambah dua: berburu jilbab dan berpose dengan kamera iPhone *sekalian pamer kalau saya punya iPhone*. Dulu, jiwa narsis kami tersalurkan melalui photobox di mall-mall. Kini, Karin selalu punya ide-ide kreatif dan tidak tahu malu: selfie dimana saja dan kapan saja. Kalau aksinya terlalu memalukan, saya belagak pura-pura tidak kenal Karin. Saya kadang-kadang memutuskan menyamar menjadi Nadine Chandrawinata atau Bunga Citra Lestari (walaupun tidak ada yang percaya).
Dengan atau tanpa kebiasaan selfie-nya, Karin adalah partner in crime terbaik yang pernah saya miliki. Harta benda dan tahta bisa dicari, namun sahabat sejati adalah berkah tersendiri.
=================================================

Thanks for the review Tanti Amelia. Check her informative blog here.

Book Launching #Selfie (2)

Alhamdulillah...Selfie book launching run well yesterday. So very much happy to see our best friends came. We really had a good time. Happy chit-chatting, sharing and everything. Kind of a reunion and also a note to self that best friends are priceless. We're blessed to have you all, our dear best friends *hugs*  
Never thought that our 34th year of friendship could put people in huge amazement and curiosity also by asking several questions such as: Have you ever been in a dispute during this 34 years? Never? Impossible or another question,  usually after getting married and having children, a friendship will be 'ruined' by lots of domestic matters, how about you, is there any changes in your friendship? To be honest, not at all, we're still the old we are, nothings changes. Perhaps we're lucky to have a supportive husband or our husband think it's useless to separate an ages soul mate like us. Nothing can stop us from seeing each other, not even my 'killer' boss as you can read it in our book.

This is my first experience to be part of a book launching and tell you what, I have never thought that it could be so much fun. Yep...it's true, the first moment will be a magical moment.

Book Launching #Selfie

If you happen to be around Senayan area tomorrow, 
please do visit Selfie book launching 
at Kinokuniya, Plaza Senayan from 2pm until 4pm. 
Let's get together and have fun!!!

Tea-licious

Title: Tea-licious, Ide Keren Olahan Teh
Author: Rinto Habsari
Publisher: PT Gramedia Pustaka Utama
September 2013
56 pages

Tea will never fail me. Why do I love tea so very much? You can find the answer in my latest book #bukuSelfie (promotion? Sort of.. lol). Been so hectic these couple of days due to usual post-holiday syndrome. Out of the blue I found this book at Gramedia bookstore. It's a book about tea completed with several recipes for tea as a drink and also as a meal. Meal? Are you sure? Yes, you will learn how to make Muffin Teh Kukus or Steak Salmon Teh Hijau and many other tempting recipes, so very interesting.

I would like to try some recipes, too but I don't know when. Still not in the mood to try new things. It seems that I just can't move on from this holiday mood while my teaching schedule is already effective since last Monday. Thank God, this week traffic is still friendly. Let's prepare ourselves for next Monday, the 'real' Jakarta will welcome us. In the meantime, let's enjoy the coming weekend, everyone!!!